بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد
Di saat menanti hujan reda, apa yang biasa dirasakan orang? Terasa
lama? Mungkin. Hujan mengguyur selama tiga puluh menit saja serasa tiga
puluh jam lamanya atau mungkin malah lebih. Inilah rasanya ujian
kesabaran itu.
Banyak orang mengatakan, kesabaran ada
batasnya. Bila ujian kesabaran diibaratkan dengan menanti hujan reda,
apakah orang akan menumpahk...an kekesalan itu pada rintik-rintik air
hujan yang tengah menerpa bumi? Sedang hujan hanyalah merupakan makhluk
‘pendiam’ yang tidak akan mungkin menghiraukan rintihan kekesalan orang.
Ia mengguyur ke bumi atas perintah-Nya. Tak peduli orang mengeluh kesal
kepadanya, atau bahkan memaki akan kedatangannya yang tak kunjung
pergi.
Sayangnya, hujan terlalu biasa untuk
dikeluhkan orang. Di awal kedatangannya, orang akan nyeletuk berujar,
“Yah… hujan deh!” Disadari atau tidak, kalimat pertama yang muncul ini
sudah menunjukkan betapa awal ujian kesabaran itu sudah terpatahkan oleh
rasa tidak bersyukurnya akan turunnya nikmat hujan.
Belum lagi di benaknya masih membayangkan bagaimana nasib jemuran
bajunya di rumah. Sudah pasti akan basah kuyub, setelah sebelumnya tak
sempat ‘diselamatkan’ dari guyuran air hujan. Terbetik pula bagaimana
nasib kendaraannya yang berkilau lantaran baru dicuci kemarin sore,
lagi-lagi harus terkena cipratan air hujan yang bercampur tanah. Al
hasil, kotorlah sudah.
Ini baru contoh sederhana,
belum contoh-contoh lain yang amat menguji kesabaran. Misalnya ketika
urusan duniawi yang menurutnya sangat urgen untuk segera dikerjakan,
namun terpaksa harus tertunda lantaran hujan.
Di saat
air hujan semakin deras mengguyur, tak kunjung reda, saat inilah
kesabaran orang benar-benar berada di titik kulminasi. Terbayang di
benaknya, berapa kerugian yang didapat karena urusan duniawinya banyak
yang terbengkalai. Saat itu juga, emosi kian tak terbendung.
Umpatan-umpatan kekesalan pun keluar dari mulutnya. Dihardiklah hujan,
sebagai pelampiasan kekesalan, seolah hujan adalah makhluk serupa
dengannya.
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai
pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga
apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah
yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan
kamu mengambil pelajaran.”(QS Al A’raaf 57)
Hujan
diturunkan sebagai pembawa berita gembira, namun yang terjadi justru
malah sebaliknya. Orang malah berkeluh kesah dengan hadirnya hujan. Tak
ada sedikit rona bahagia di rautnya lantaran datangnya hujan tengah
menghambat urusan duniawinya. Tidak tahukah orang, untuk apa hujan
diturunkan?
“Dan Allah menurunkan dari langit air
(hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (QS
An-Nahl 65)
Bayangkan jika hujan tidak diturunkan ke
bumi, tidak akan mungkin ada kehidupan di sini. Bumi akan mengering, dan
semua makhluk hidup akan mati. Dalam ayat lain Allah juga berfirman.
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu.” (QS An-Nahl 10)
Hujan yang membawa berkah,
menghidupkan serta menyuburkan tanaman-tanaman yang hijau lagi banyak
buahnya. Inilah ibarat ujian kesabaran itu, layaknya menanti hujan reda.
Menanti memerlukan kesabaran yang teramat berat, terlebih ketika harus
merelakan hal-hal yang menyangkut duniawi.
Hujan yang
dinyana sebagai penghambat pada urusan duniawi, sesungguhnya merupakan
berkah dari-Nya. Kehadirannya akan menghijaukan tanaman hingga
menghasilkan buah yang ranum, menghasilkan mata air yang jernih yang
sangat bermanfaat bagi semua makhluk yang hidup di bumi ini.
Demikian halnya dengan ujian kesabaran itu. Meski dinyana sebagai
sesuatu yang pahit dirasa, atau bahkan berat didaki, namun sesungguhnya
Allah akan menghadiahi surga bagi para hamba-Nya yang sabar.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran 142)
Ujian
dari Allah tak hanya berupa kesedihan, tapi juga mencakup kebahagiaan.
Sayangnya, ketika orang diuji dengan kebahagiaan, orang lupa jika itu
hanyalah sebuah ujian. Ketika mendapat kebahagiaan, orang malah berpikir
bahwa itu adalah keberuntungan. Padahal, keberuntungan di dunia ini
hanyalah merupakan tipuan.
“(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput
dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadiid 23)
Seperti halnya ketika menanti hujan reda. Meski hujan mengguyur deras,
tak kunjung reda, hingga menyebabkan banjir, tanah longsor ataupun
bencana lainnya, kesabaran haruslah selalu ada pada jiwa tiap-tiap orang
yang beriman. Bagaimanapun hujan adalah berkah dari-Nya, meski
kehadirannya terkadang mendatangkan bencana, namun ini hanyalah ujian
bagi para hamba-Nya agar bersyukur.
“Mengapa Allah
akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha
Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nisaa’ 147)
Maka bersabarlah, karena Allah beserta orang-orang yang sabar. Ujian
kesabaran itu ibarat menanti hujan reda. Terasa lama untuk dinanti
redanya, hingga terpikir bahwa hujan hanyalah penghambat yang banyak
memberi mudharat pada urusan duniawi.
Namun, tidak bagi
orang-orang yang bersabar. Ia akan memaknai hujan sebagai berkah
dari-Nya, berapapun lamanya dan banyaknya curah hujan yang diturunkan.
Sekalipun mendatangkan bencana, maka ia akan tetap bersabar, karena di
balik ujian pastilah mengandung hikmah.
Dan
semestinyalah, orang-orang yang beriman akan mengambil hikmah di balik
cobaan itu. Ia akan senantiasa bersabar dan bersyukur di kala sedih
ataupun bahagia. Karena segala sesuatu di dunia ini hanyalah merupakan
ujian dari-Nya, agar nyatalah siapa sesungguhnya hamba-hamba-Nya yang
terpilih itu. [ntz]
Barakallahu fiikum wa jazakumullah khairan khatsir,,
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh
.Salam Silaturrahim dan Ukhuwah Islamiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar