Jika berbicara tentang remaja, maka akan kita temui berbagai pernik
topic yang menarik, dari mulai pendapat mereka yang kritis, pola
tingkah, gaya rambut, dandanan, sampai pakaian yang dikenakan. Banyak
yang beranggapan bahwa ini semua sangat berkaitan erat dengan identitas
remaja. Gaul and modis, siapa sih yang nggak pengen ? Pasti semua orang
pengen. Saking pengennya, kadang cewek suka jadi plagiat total gaya
hidup para selebritis. Coba deh lihat sekitar kita. Soal pakaian saja,
remaja putri mencontek fashion nya selebritis lokal maupun Hollywood
semisal Agnes Monica, Jeniffer Lopez, Nicole Kidman, Madonna dan
sebagainya. Rok mini diatas dengkul, bujal, aurat terbuka merata
disekitar leher dan dada. Hidup para selebritis kita pun tak jauh dari
aktivitas dunia gemerlap alias dugem. Berhura-hura di pesta dan tempat
hiburan degan gonta-ganti pasangan. Menurut mereka, inilah identitas
mereka sebagai remaja masa kini.
Ya, memang benar. Setiap
orang akan menilai identitas orang lain paling mudah dengan melihat pola
tingkah dan pola pikir, selain melalaui kartu identitas tentunya.
Misalnya, kita akan mengatakan si fulanah ini seorang muslimah, karena
ia mengenakan kerudung. Ternyata di dalam islam, identitas tidak hanya
sekedar menggunakan kerudung saja bagi seorang muslimah. Islam mengatur
perbuatan manusia yang diterima oleh Allah SWT adalah perbuatan yang
didasari keikhlasan karena Allah memerintahkannya, dan perbuatan
tersebut harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan Allah.
Manusia
mengenal Allah dengan nalar dan perasaannya, menemukan petunjuk kepada
undang-undang-Nya melalui perenungan dan pengamatan, berbuat mengikuti
undang-undang dengan usaha dan jerih payahnya, menaati Allah dengan
penuh kesadaran dan tanggungjawab, menahan tendensi penyimpangan,
melawan egonya dan syahwatnya dengan upayanya. Di setiap tindakan ini,
manusia didasari keinginan, sadar, dan memilih jalannya dalam keadaan
tahu kemana ujung jalan ini! Sehingga apapun yang diperintahkan oleh
Allah, ia akan segera melaksanakannya, tanpa ada pertanyaan, keraguan,
ataukah perlawanan. Dan sebaliknya, jika ada larangan dari Allah, kita
harus menjauhinya. “sami’na wa atha’na”. Jika busana adalah
salah satu cara untuk menonjolkan identitas seorang perempuan sebagai
muslim, lalu bagaimanakah muslimah seharusnya berbusana?
Dalam urusan malbusat (urusan pakaian), Islam mengatur ada dua busana yang wajib dipakai seorang muslimah yaitu khimar (kerudung) dan jilbab. Di masyarakat, orang menyamakan begitu saja antara kerudung dan jilbab. Padahal antara keduanya sama sekali berbeda.
Kerudung
adalah penutup kepala atau pakaian atas. Batasan kerudung, minimal dua
kancing paling atas baju atau tepat diatas dada. Selain itu tidak boleh
membentuk kepala. Kadang karena pengen tampil trendy, perempuan
suka meniru gaya kerudung gaul ketat menutup kepala dan leher saja.
Bahkan tanpa sadar kelihatan warna kulit lehernya. Nah, gaya seperti ini
sebenarnya belum sesuai dengan syar’i. Perintah memakai kerudung ini
ada di Al Quran surat An Nur ayat 31.
Jilbab
sendiri dalam kamus bahasa arab Al Munawir artinya baju longgar yang
terus kebawah tak berpotongan. Rambu-rambu dalam berjilbab antara lain
tidak transparan sehingga kelihatan warna kulitnya, longgar, tidak press
body serta irkha’ ilaa asfal alias hingga menutupi kedua kaki dan
menyentuh asfal (tanah). Kewajiban ber-jilbab ini termaktub dalam surat
Al Ahzab ayat 59. “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu.”
Jilbab
ini digunakan oleh wanita untuk menutupi pakaian rumahnya (ats tsaub),
manakala ia berada di luar rumah, atau kondisi umum yang orang lain
bebas keluar masuk, tanpa memandang orang-orang tersebut mahrom ataukah
nonmahrom. Tapi tetap lengkap dengan penutup kepala (alias kerudung).
Begitu
pula ketika muslimah tadi berada di kondisi khusus, rumah misalnya,
tapi didalamnya terdapat lelaki asing (nonmahrom). Maka ia harus menutup
auratnya, mulai dari kerudung, dan pakaian yang tidak harus serupa
dengan jilbab, asal tidak transparan, tidak ketat, dan tidak menyerupai
pakaian laki-laki.
Karena itu, kesalahpahaman
semacam itu perlu diluruskan, agar kita dapat kembali kepada ajaran
Islam secara murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau
adat-istiadat rusak di tengah masyarakat sekuler sekarang. Memang, jika
kita konsisten dengan Islam, terkadang terasa amat berat. Misalnya saja
memakai jilbab (dalam arti yang sesungguhnya). Di tengah maraknya
berbagai mode busana wanita yang diiklankan trendi dan up to date,
jilbab secara kontras jelas akan kelihatan ortodoks, kaku, dan kurang
trendi (dan tentu, tidak seksi). Padahal, busana jilbab itulah pakaian
yang benar bagi muslimah.
Di sinilah kaum muslimah diuji. Diuji imannya, diuji taqwanya. Di sini dia harus memilih, apakah
dia akan tetap teguh mentaati ketentuan Allah dan Rasul-Nya, seraya
menanggung perasaan berat hati namun berada dalam keridhaan Allah, atau
rela terseret oleh bujukan hawa nafsu atau rayuan syaitan terlaknat
untuk mengenakan mode-mode liar yang dipropagandakan kaum kafir dengan
tujuan agar kaum muslimah terjerumus ke dalam limbah dosa dan kesesatan.
Naudzubillahimindzaliik..
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar